Pembaca

Minggu, 08 Juni 2014

Aku Ingin Menjadi Laki-Laki



Maka kurindukan lagi pertikaian yang menguatkan rapuhnya hati

Pertikaian adalah tempat di mana aku bisa berkata seperti laki-laki

Ketika mata melihat sosok wanita jalang dalam diriku berapi-api

Aku tersentak darah melunjak menggiring detak denyutan nadi

Kutampar kasar bisikan nanar dengan bidikan panah berduri

Berkata pula bibir mereka akan jiwaku dalam dilema hasutan dengki

Hingga kusangka gemuruh dusta datang menerjang hamparan sunyi

Lidah mencekam lalu menerkam mencabik-cabik ragaku kini

Menyeret nama dalam kubangan kawah neraka para pencaci

Lalu tanyakan apa bedanya ketika fitnah merayu lidah mengguncang diri

Saat berkata dia percaya namun senyumnya masih bertanya dan ragu lagi

Tubuhku memang tubuh wanita tapi tersiksa padanan kata emansipasi

Tak ada ruang bagi diriku untuk mendulang cahaya makna terakhir kali

Kepada nafsu aku bertahan tanpa memuja mengekang hina menahan hati

Karena aku terikat kata hikayat norma dalam wacana keindahan wanita sufi

Wanita sufi tanpa berdaya malu meminta pada tuannya sebelum mati

Maka ketika rasa kepada dunia aku maknai tanpa sarana tubuh sendiri

Tanpa sarana deru nafsuku tak akan pernah mampu percaya bisa berhenti

Gejolak rasa bawah tubuhku sudah menggoda menggiurkanku dalam menanti

Cercaan pongah kutimpa lagi pada diriku yang mulai mati tuk menghadapi

Gelisah aku hingga akhirnya kuminta Tuhan tuk merubahku tanpa membenci

Karena akulah dia yang curang kala bertingkah dengan hujatan di sanubari

Tersadar bahwa jiwaku rentan terhadap rona bias menipu sang warna warni

Pada dunia aku meminta jauhkan aku dari dirinya yang mulai takut tuk mengarungi

Hingga jadikan jiwaku ingkar dengan berkata ‘aku ingin menjadi laki-laki’

03 July 2013 | 10:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar