Pembaca

Minggu, 08 Juni 2014

Manusia Terjebak dengan Kebenarannya Sendiri





Apa makna kebenaran ketika engkau bertanya di dalam diri.

Kebenaran adalah dilema keindahan manusia berwujud nurani.

Kala manusia berkata ‘aku benar’ dengan mahligai intuisi.

Maka akan muncul kebenaran baru di jantung akal bukti.

Karena sejatinya manusia itu tercipta dari hati dan jasmani.

Keduanya beriringan membentuk suatu lingkup kisah harmoni.

Bilamana engkau hanya berkata kepada kebenaranmu sendiri.

Kebenaran itu akan menggiring rasa jiwamu kepada dengki.

Hingga kata per kata yang terucap hanyalah rangkaian kalimat iri.

Aku pun tak ubahnya dirimu di dalam kebenaran yang telah mati.

Jiwaku sendiri adalah jiwa yang membawa setumpuk umpatan caci.

Pada kebenaranku sendiri kuhambakan diriku tanpa setitik empati.

Maka kukatakan pada khalayak ramai dengan nada kicauan tinggi.

Tentang kebenaran yang kemudian berubah angkuh tak terkendali.

Ia bergolak melempar tubuhku ke dalam penyiksaan yang tak terperi.

Lalu berkatalah kebenaran itu di hamparan nuansa malam menggelap sunyi.

Kebenaran sejatinya bukanlah sarana kata-kata untuk saling membenci.

Kebencian adalah kedurhakaan manusia kepada sang pencipta langit dan bumi.

Hingga akupun tersadar akan dosaku terhadap kebenaranku sendiri.

Kebenaran yang seharusnya menjadi kedamaian di manapun ia sembunyi.

Tapi bukan aku jika hanya berdiam diri melihat kebenaranku dicaci maki.

Aku bukan dirimu dan diri mereka yang berdusta dengan sumpah serapah suci.

Tak akan kubawa nama Tuhan dalam mengusung rasa kebenaran pribadi.

Kebenaran pribadi hanyalah harkat martabat manusia memuliakan diri.

Bagiku Tuhan bukanlah manusia yang segalanya dapat dipersonifikasi.

Hingga akhirnya kebenaran di dalam jiwa memaksaku tuk menyadari.

Suatu ketika manusia akan terjebak di dalam kebenarannya sendiri.


14 June 2013 | 16:36

Tidak ada komentar:

Posting Komentar