Apa
makna kebenaran ketika engkau bertanya di dalam diri.
Kebenaran
adalah dilema keindahan manusia berwujud nurani.
Kala
manusia berkata ‘aku benar’ dengan mahligai intuisi.
Maka
akan muncul kebenaran baru di jantung akal bukti.
Karena
sejatinya manusia itu tercipta dari hati dan jasmani.
Keduanya
beriringan membentuk suatu lingkup kisah harmoni.
Bilamana
engkau hanya berkata kepada kebenaranmu sendiri.
Kebenaran
itu akan menggiring rasa jiwamu kepada dengki.
Hingga
kata per kata yang terucap hanyalah rangkaian kalimat iri.
Aku
pun tak ubahnya dirimu di dalam kebenaran yang telah mati.
Jiwaku
sendiri adalah jiwa yang membawa setumpuk umpatan caci.
Pada
kebenaranku sendiri kuhambakan diriku tanpa setitik empati.
Maka
kukatakan pada khalayak ramai dengan nada kicauan tinggi.
Tentang
kebenaran yang kemudian berubah angkuh tak terkendali.
Ia
bergolak melempar tubuhku ke dalam penyiksaan yang tak terperi.
Lalu
berkatalah kebenaran itu di hamparan nuansa malam menggelap sunyi.
Kebenaran
sejatinya bukanlah sarana kata-kata untuk saling membenci.
Kebencian
adalah kedurhakaan manusia kepada sang pencipta langit dan bumi.
Hingga
akupun tersadar akan dosaku terhadap kebenaranku sendiri.
Kebenaran
yang seharusnya menjadi kedamaian di manapun ia sembunyi.
Tapi
bukan aku jika hanya berdiam diri melihat kebenaranku dicaci maki.
Aku
bukan dirimu dan diri mereka yang berdusta dengan sumpah serapah suci.
Tak
akan kubawa nama Tuhan dalam mengusung rasa kebenaran pribadi.
Kebenaran
pribadi hanyalah harkat martabat manusia memuliakan diri.
Bagiku
Tuhan bukanlah manusia yang segalanya dapat dipersonifikasi.
Hingga
akhirnya kebenaran di dalam jiwa memaksaku tuk menyadari.
Suatu
ketika manusia akan terjebak di dalam kebenarannya sendiri.
14 June 2013 | 16:36
Tidak ada komentar:
Posting Komentar