Pembaca

Minggu, 08 Juni 2014

Aku Tidak Peduli Akan Menikah dengan Siapa




Makna pernikahan itu sejatinya apa.

Pernikahan adalah ikatan memaksa antara dua akar budaya yang berbeda.

Kata menikah dimaknai dengan penyatuan dua keluarga.

Maka menikah adalah sakral di mata banyak manusia budaya.

Pernikahan dianggap sebagai suatu kondisi keterikatan manusia satu dengan manusia lainnya.

Padahal bukanlah pernikahan yang sebenarnya mengikat jiwa kedua anak manusia.

Kedua jiwa hanya terikat dengan rasa yang muncul dari getaran dada.

Getaran itu berasal dari jantung manusia sebagai ruang pembentuk rasa.

Rasa itu menyiksa namun indah tatkala bahasa jiwa datang memuja.

Dan bahasa jiwa itu bernama cinta.

Cinta dan pernikahan itu tidaklah sama.

Akan tetapi alangkah indahnya ketika sebuah pernikahan diikuti dengan jalinan cinta.

Cinta menggema dalam balutan rasa illahi yang begitu nyata.

Sehingga aku tak akan peduli dengan kata menikah di depan penghulu saja.

Kapan waktu selama hidup bersisa, bisa saja kunikahi anak manusia sesuai kebutuhan raga.

Berbeda dengan itu semua, cinta akan terpelihara sampai datangnya zaman di mana jiwa akan ditanya.

Dan jiwa-jiwa itu pun tak akan menikah dengan jiwa yang punya nama.

Nama adalah barisan kata untuk memuja keindahan raga semata.

Pernikahan sejatinya telah terjadi diantara dua jiwa yang sudah mencinta.

Maka jangan salahkan apabila aku memaknai kata pernikahan semau akalku juga.

Karena ikatan pernikahan juga memaksaku dalam kondisi yang sama.

Sejatinya aturan menikah siapa yang menginginkannya.

Orang tua, saudara, tetangga atau khalayak manusia kah yang tak tak mau tahu esensi jiwa.

Ketika manusia berbicara tentang jiwa, maka akan terlihat gila bahasa bibirnya.

Manusia gila dalam bahasa yang berbeda sebenarnya adalah manusia luar biasa.

Adalah mereka yang memaknai hidup dan mahligai ketuhanan dalam kesucian jiwa.

Jiwa kan tetap abadi walau terhunus perihnya kematian raga.

Maka apa yang bisa kau dapat ketika memaknai pernikahan dalam hakikat jiwa.

Menikah di dalam kata tak akan dapat bermakna guna.

Sehingga telah berkata lisanku kepada jiwa.

Aku tidak peduli akan menikah dengan siapa.


06 June 2013 | 11:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar